Pentingnya Mental Health Generasi Z
www.smam9sby.sch.id - Mental Health sudah menjadi banyak perhatian masyarakat di era penuh digital ini. Tak heran mental health dijadikan momentum penting bagi seluruh dunia, yang hari ini 10 Oktober merupakan peringatan Hari Mental Health Sedunia. Tahun ini, mental health bertemakan Mental Health at Work yang berarti "kesehatan mental ditempat kerja". Pemilihan tema ini sebagai wujud kolerasi antara kesehatan mental dan pekerjaan.
Tema ini tentunya disebabkan beberapa hal dalam kejadian di tahun 2024 ini, diantaranya terjadinya diskriminasi, hingga hal negatif seperti pelecehan seksual. Permasalahan tersebut tentunya merupakan sorotan penting dalam mempengaruhi kesehatan mental terutama kualitas hidup seseorang secara keseluruhan.
Organisasi Kesehatan Sedunia "World Health Organtation (WHO)" menyatakan bahwa 60 persen populasi orang di seluruh dunia adalah sebagai pekerja, oleh sebab itu perlu adanya kesejahteraan mental di tempat kerja. Lebih lanjut, WHO menyebutkan bahwa kolaborasi antara pemerintah, pemberi kerja, dan organisasi perwakilan sangatlah penting dalam mental health di dunia pekerjaan. Oleh sebab itu, perlunya seluruh pihak dapat membuat kebijakan yang tepat dalam mencegah resiko kesehatan mental dan meningkatnya kesejahteraan tenaga kerja.
Pentingnya Mental Health Terutama bagi Generasi Z
Kesehatan mental merupakan bagian yang sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan seorang secara menyeluruh bahkan orang tua memiliki peran penting dalam mendukung kesehatan mental untuk anak-anaknya. Mengasuh dan merawat anak dengan penuh kasih sayang sama dengan membangun pondasi yang kuat bagi anak agar mereka dapat mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang mereka butuhkan untuk hidup bahagia, sehat, dan sejahtera.
Orang tua yang sejak dini memberikan tekanan pada anak sejak dini dan memberikan gawai - seperti HP - akan berdampak negatif pada anak-anak kedepannya. Oleh sebab itu, tidak heran menurut studi mengungkapkan bahwa generasi Z rentan kena masalah mental. Alasan utama generasi Z ini disebabkan karena adanya depresi. Berdasarkan penelitian University College London, tingkat depresi Gen Z dua pertiga lebih tinggi daripada millenial.
Lebih lanjut, dari hasil riset Pew Research Center, sekitar 70 persen remaja dari berbagai ras, jenis kelamin, dan tingkat pendapatan keluarga mengalami kecemasan dan depresi. Menurut survei Generasi Z Global tahun 2022 dari McKinsey Health Institute melansir bahwa perempuan generasi Z dua kali lipat lebih beresiko memiliki kesehatan mental yang buruk jika dibandingkan dengan laki-laki. Bahkan, sebagian besar negara menunjukkan bahwa kesehatan mental yang buruk rata-rata dari generasi Z.
Dari survei McKinsey Health Institute tersebut menarik kesimpulan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan mental generasi Z, yaitu: tahap perkembangan, tingkat keterlibatan dengan layanan kesehatan, sikap keluarga atau masyarakat dan media sosial. Dari berbagai faktor tersebut, hal yang sangat mempengaruhi mental mereka adalah media sosial. Mereka mengaku menghabiskan lebih dari dua jam sehari untuk menggunakan media sosial
Media Sosial sebagai Faktor Utama Generasi Z Mengalami Kesehatan Mental
Menurut survei lebih lanjut, generasi Z yang menghabiskan lebih dari dua jam sehari untuk menggunakan media sosial cenderung memiliki kondisi kesehatan mental yang buruk. Bila dibandingkan dengan generasi lainnya, generasi Z adalah generasi yang paling banyak memperoleh dampak negatif dari media sosial.
Sebagian besar perempuan generasi Z mengaku, media sosial memberikan dampak negatif berupa rasa takut tertinggal tren baru atau Fear of Missing Out (FOMO), khawatir terhadap citra tubuh, dan kepercayaan diri. Sementara itu, sebuah studi lain pada orang dewasa muda menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang tinggi berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan yang lebih buruk. Lalu, penelitian lain menemukan bahwa media sosial berpengaruh besar pada kesehatan mental mereka daripada waktu yang dihabiskan.
Solusi Mental Health Bagi Generasi Z dan Keluarga
Dalam menghadapi kesehatan mental, tentunya perlunya pengetahuan bagi keluarga dan generasi Z itu sendiri salah satunya adalah kondisi yang menyebabkan mental health (kesehatan mental). Setidaknya ada 4 kondisi yang dapat beresiko mental health diantaranya adalah kecemasan, depresi, serangan panik, dan stres.
Apa Itu Kecemasan, Dampak dan Cara Menghadapi Kondisinya
Kecemasan merupakan yang timbul ketika kita khawatir atau takut akan sesuatu. Sebenarnya rasa takut dan panik adalah hal yang wajar, kita akan kembali tenang dan nyaman dalam beberapa waktu setelahnya. Akan tetapi, ada kalanya, rasa cemas membuat keadaan terasa lebih buruk dari yang sebenarnya dan membuat kita kewalahan. Kekhawatiran yang berlangsung berkepanjangan dapat menyebabkan kecemasan yang berjangka panjang.
Jika kecemasan membuat anak tidak bisa melakukan hal-hal yang biasanya mereka sukai, atau membuat mereka khawatir ataupun mudah panik tanpa penyebab yang jelas, maka penting untuk membantu mereka merasa lebih baik, termasuk dengan mencarikan dukungan yang diperlukan.
Awal mula terjadi kecemasan disebabkan karena menghadapi situasi yang menimbulkan stres. Hal ini dapat mengalami semacam alarm peringatan yang menyala di otak kita dan menandakan ada sesuatu yang tidak beres serta perlu kita hadapi. Banyak anak merasa cemas ketika masuk ke sekolah baru atau sebelum menjalani ujian, bahkan ada pula yang merasa malu ketika berada di tengah orang lain.
Jika rasa takut tersebut tidak juga hilang, atau mulai mengganggu kehidupan sekolah, di rumah, ataupun kegiatan bermain anak, bisa jadi tandanya anak membutuhkan dukungan dari tenaga profesional di bidang kesehetan mental. Hal ini perlunya kehadiran seorang dokter atau tenaga profesional kesehatan mental lainnya agar dapat mendiagnosis suatu kondisi kesehatan mental. Jadi, tidak perlu ragu meminta saran dari dokter jika Anda mengkhawatirkan keadaan anak
Anak yang mengalami kecemasan biasanya secara emosional mereka kesulitan untuk fokus, hilang kosentrasi, merasa panik, gugup, atau tegang, merasa kewalahan atau ketakutan, merasa tidak bisa mengendalikan suatu situasi dan merasa mudah letih serta mudah marah. Anak yang mengalami kecemasan cenderung perlu berkali-kali ditenangkan oleh orang tua, atau jika sudah remaja atau remaja perlu dukungan dari teman sejawat untuk menenangkannya. Oleh sebab itu sebagai orang tua perlunya perhatian jika anak kita muncul tanda-tanda kecemasan agar kita sebagai orang tua dapat meminta bantuan dan memberikan dukungan kepada anak sedini mungkin jika dibutuhkan.
Jika anak kita merasa cemas, hal pertama yang bisa kita lakukan adalah memberitahukan anak bahwa perasaan itu akan berlalu. Dengan begitu, anak akan merasa lebih tenang. Selain itu, ada pula hal lainnya yang bisa dilakukan orang tua atau teman sejawat bagi remaja dan dewasa untuk membantu menghadapi kecemasan dan lebih siap jika kecemasan terjadi, diantaranya yaitu:
Pertama, Mendiskusikan apa yang dirasakan. Minta untuk memperhatikan perasaan mereka saat cemas dan menceritakan apa yang sedang terjadi ketika perasaan itu muncul, apa yang mereka rasakan, seberapa lama merasa cemas dirasakan, dan apa kira-kira penyebab rasa cemas itu? Semakin anak dapat memahami perasaannya sekaligus merasa aman, akan semakin mudah juga bagi mereka untuk mengelola perasaan itu.
Kedua, Alihkan perhatian. Anak yang mengalami kecemasan sering mengajukan pertanyaan yang tidak bisa mereka jawab, misalnya, "kenapa seperti ini?” atau “saya kenapa?” Anda dapat mengajukan pertanyaan seperti, “Mau makan malam apa?” untuk membantu agar anak merasa punya kendali atas situasi dan berfokus pada momen yang sedang terjadi.
Ketiga, Membangun kebiasaan sehat. Pola tidur dan makan yang sehat dapat membantu karena orang yang cemas terus menerus sering kali akan merasa sangat letih. Untuk anak-anak berusia 6 hingga 12 tahun, para pakar menyarankan durasi tidur malam selama sembilan hingga 12 jam. Untuk anak remaja, durasi yang disarankan adalah delapan hingga 10 jam. Agar tidur berkualitas, orang tua perlu membatasi akses ke ponsel pada malam hari. Gawai pun sebaiknya tidak diletakkan di kamar.
Keempat, Bantu anak untuk menggunakan indra-indranya. Indra manusia adalah sarana ampuh untuk mengatasi rasa panik, cemas, dan stres. Berikut adalah kiat praktis untuk membantu anak menggunakan indranya: Minta anak untuk duduk dengan nyaman dan bernapas secara perlahan. Lalu, minta mereka menyebutkan hal-hal yang membuat mereka tenang: 4 hal yang bisa dilihat, 3 hal yang bisa didengar, 2 hal yang bisa dicium aromanya, dan 1 hal yang bisa dicicipi.
Kelima, Bernapas dari perut. Saat cemas, napas kita menjadi pendek-pendek dan kita cenderung bernapas lewat dada. Ingatkan anak untuk mencoba bernapas dengan otot perut agar paru-paru mendapatkan lebih banyak oksigen dan mereka dapat menjadi lebih tenang.
Penjelasan lebih lanjut 3 hal lainnya bisa klik depresi, serangan panik, dan stress.
Sumber:
https://www.idntimes.com/health/fitness/laili-zain-damaika-1/hari-kesehatan-mental-sedunia-2024-ini-tema-dan-sejarahnya?page=allhttps://rsj.acehprov.go.id/berita/kategori/artikel/alasan-utama-gen-z-rentan-kena-masalah-mental-menurut-studi
https://www.unicef.org/indonesia/id/kesehatan-mental
Posting Komentar untuk "Pentingnya Mental Health Generasi Z"