Menolak Lupa Tragedi Gerakan PKI 30 September 1965 (G30S/PKI)
www.smam9sby.sch.id - Hari ini (30/09/2024) tepatnya 30 September 1965 menjadi saksi sejarah terjadinya peristiwa kelam bangsa Indonesia yang kita kenal dengan nama Gerakan 30 September PKI (G30S/PKI). Gerakan G30S/PKI ini merupakan suatu pengkhianatan terbesar yang pernah terjadi pada bangsa Indonesia. Tidak sedikit korban yang berjatuhan pada tragedi dan masih dikenang hingga kini.
Gerakan pemberontakan PKI ini dalam sejarahnya tidak hanya G30S/PKI saja, melainkan ada pemberontakan sebelumnya tepatnya tahun 1948. Pemberontakan ini disebut dengan pemberontakan Madiun 1948. Pemberontakan ini merupakan konflik bersenjata antara pemerintah Republik Indonesia dengan Front Demokrasi Rakyat (FDR). FDR merupakan kelompok oposisi sayap kiri yang terdiri dari Partai Komunis Indonesia, Partai Sosialis, Partai Buruh Indonesia, SOBSI, dan Pesindo.
Sejarah Beridirnya PKI
Dalam buku Di bawah Lentera Merah - Soe Hok Gie (1999), eksistensi PKI berawal dari organisasi komunis bernama Insiche Social Democratische Vereniging (ISDV). ISDV sendiri didirikan oleh Henk Sneevliet pada 9 Mei 1914. Gerakan ini memiliki misi dari pusat Komando Komunis Internasional (Komintern) untuk menanamkan paham Marxisme-Komunisme terhadap perjuangan pergerakan nasional Indonesia. Sneevliet menyebarkan pengaruh komunis di Indonesia melalui buruh kereta api di Semarang dan Organisasi Serekat Islam (SI) melalui Semaoen, Alimin, Darsono, dan lainnya.
Dalam perkembangannya, Semaoen dan kawan-kawannya berusaha untuk mengubah perjuangan Serikat Islam ke arah komunis. Hal ini menyebabkan pecahnya Serekat Islam menjadi dua yaitu, SI Merah (Komunis) dan SI Putih (Agamis - Masyumi). Pada 20 Mei 1920, Semoen bersama anggota SI Merah dan tokoh komunis ISDV sepakat untuk mengubah nama ISDV menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Perubahan nama dari ISDV bertujuan untuk menguatkan nuansa Indonesia-sentris dalam perjuangan kaum Komunis terhadap kolonialisme Belanda.
Pemberontakan PKI Madiun 1948
Pemberontakan PKI Madiun terjadi di Madiun, Jawa Timur, pada September hingga Desember 1948. Peristiwa ini diawali dengan munculnya propaganda antipemerintah dan pemogokan kerja oleh kaum buruh. Tidak hanya itu, terdapat pula penculikan dan pembunuhan beberapa tokoh seperti, Kolonel Sutarto pada 2 Juli 1948, Gubernur Jawa Timur pertama RM. Ario Soerjo pada 10 September 1948. Dilakukan pula penculikan Dr. Moewardi pada 13 September 1948 yang merupakan tokoh penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Peristiwa pemberontakan PKI Madiun bermula adanya perubahan gerakan komunis Internasional yang pada saat itu dimpimpin oleh Stalin (Rusia). Perubahan ini membuat munculnya dua kubu dalam gerakan komunis, yaitu: imperialis dan anti dengan demokrasi (Amerka Serikat) dan anti imperialis tetapi demokrasi (Uni Soviet). Dengan adanya pembakian kubu tersebut membuat negara-negara yang telah menjadi anggota komunis mulai berganti arah. Disamping itu, PKI juga mulai merancang strategi dengan cara mengikuti rencana tentara merah Uni Soviet. Rancangan tersebut digagas oleh menteri pertahanan, Amir Syarifudin yang sekaligus orang yang ikut andil dalam kelahiran PKI. Akan tetapi gagasan tersebut ditolak oleh Jenderal Soedirman dan Jenderal Oerip Suemohardjo. Mereka menganggap bahwa tentara rakyat dan tentara pejuang adalah Tentara Republik Indonesia (TRI) dan bukan tentara yang menggunakan konsep dari negera luar yaitu tentara merah - Uni Soviet.
Dalam perkembangan PKI, Amir Syarifudin mulai mengembangkan idenya agar PKI ini meluas dengan cara membuat suatu pendidikan politik tentara dalam bentuk sebuah lembaga dengan memberikan ajaran dan pemahaman komunis pada anggota tentara. Selanjutnya, Amir Syarifudin mulai mencari partai yang pro dengan paham komunis agar bergabung ke dalam Fron Demokrasi Rakyat (FDR). Di tengah-tengah kehadiran DFR di Indonesia, akhirnya tokoh komunis Muso yang sebelumnya melarikan diri dari Indonesia datang kembali ke Indonesia. Setalah kehadirannya ini, Muso mulai memegang kembali untuk mengendalikan pemahaman komunis di Indonesia. Hingga pada akhirnya, Muso menjadi ketua dari Comite Central Partai Komunis Indonesia (CC PKI).
Muso juga membuat sebuah struktur kepengurusan, setiap anggota yang memiliki jabatan kepengurusan di PKI mulai mengembangkan paham komunis dengan cara melakukan pidato-pidato ke beberapa daerah seperti Solo, Sragen, Madiun, dan Yogyakarta. Setiap pidato yang dilakukan oleh para kepngurusan PKI bertujuan untuk menjatuhkan derajat pemerintahan Reublik Indonesia serta mengancam aparatur pemerintah seperti kepala desa untuk bergabung ke PKI.
Melalui Front Demokrasi Rakyat (FDR) ini, PKI melakukan pemberontakan di negara Indonesia dimulai daerah Madiun, Jawa Timur (18 September 1948 - lihat Republika). Di daerah tersebut, mereka melakukan gerakan non-parlementer hingga gerakan pelucutan senjata. Dari gerakan ini, PKI berhasil menguasai kota Madiun, mulai dari kantor polisi, disktrik militer, bank, kantor telepon, dan kantor pos. Tak sampai disitu saja, agar masyarakat Indonesia mengetahui berita terkait kota Madiun dikuasai oleh PKI dan sudah menjadi kota yang akan berdiri sendiri atau berpisah dari negera Republik Indonesia maka dari itu PKI juga mulai menguasai Radio Republik Indonesia (RRI) dan Gelora Pemuda.
Sudah banyak korban jiwa atas peristiwa pemberontakan PKI Madiun yang pada akhirnya Pemerintah Republik Indonesia membuat suatu rencana untuk mencari jalan tengah dari konflik ini. Maka dari itu, rakyat diberikan kesempatan untuk memilih kepemimpinan kepala negera, ingin dipimpin oleh Muso atau dipimpin oleh Soekarno dan Moch. Hatta. Pada akhirnya masyarakat lebih memilih Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dipimpin oleh Soekarno dan Moch. Hatta. Dengan begitu, maka Soekarno mengambil sikap melalui pemerintahan Indonesia untuk memberantas PKI dan antek-anteknya.
Tujuan dan Dampak Pemberontakan PKI Madiun 1948
Setidaknya ada 3 tujuan besar PKI dalam pemberontakan Madiun 1948, yaitu:
- Bertujuan Untuk Mengubah Ideologi Pancasila Dengan Ideologi Komunis
- Bertujuan Meruntuhkan Kabinet Moh. Hatta - Rekonstruksi dan Rasionalisasi (ReRa)
- Bertujuan Untuk Menjadikan Muso Dan Amir Syarifuddin Sebagai Presiden Dan Perdana Menteri
Adapun dampak dari pemerontakan PKI Madiun 1948, adalah:
- Pembangunan Terganggu
- Banyak Masyarakat Yang Merasa Tidak Aman
- Banyak Masyarakat Yang Meninggal Dunia
- Aktivitas Terganggu
- Rasa trauma terhadap diri masyarakat
Pemberontakan PKI 30 September 1965 (G30S/PKI)
Setelah pemberontakan PKI Madiun 1948, ternyata tidak menjadi peristiwa kelam satu-satunya di Indonesia, melainkan terjadi pemberontakan kedua oleh PKI tepatnya tanggal 30 September 1965 yang menewaskan 6 Jenderal Tentara Negara Indonesia (TNI) dari 10 TNI yang dibunuh oleh PKI. Hal tersebut bertujuan untuk menyingkirkan TNI Angkatan Darat (TNI AD) dan merebut kekuasaan pemerintahan Indonesia serta mengubah ideologi pancasila ke komunis (lihat BEM UMM).
Sejarah Pemberontakain G30S/PKI
Peristiwa G30S PKI terjadi pada tahun 1965 dan dimotori oleh Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit, pemimpin terakhir PKI. Di bawah kendali DN Aidit, perkembangan PKI semakin nyata walaupun diperoleh melalui sistem parlementer. Dikutip dari buku Api Sejarah 2 oleh Ahmad Mansur Suryanegara, menurut Arnold C. Brackman, DN Aidit mendukung konsep Khrushchev, yakni "If everything depends on the communist, we would follow the peaceful way (bila segalanya bergantung pada komunis, kita harus mengikuti dengan cara perdamaian)."
Pandangan itu disebut bertentangan dengan konsep Mao Ze Dong dan Stalin yang secara terbuka menyatakan bahwa komunisme dikembangkan hanya dengan melalui perang.
G30S PKI terjadi pada malam hingga dini hari, tepat pada akhir tanggal 30 September dan masuk 1 Oktober 1965. Gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh PKI mengincar perwira tinggi TNI AD Indonesia. Tiga dari enam orang yang menjadi target langsung dibunuh di kediamannya. Sedangkan lainnya diculik dan dibawa menuju Lubang Buaya.
Keenam perwira tinggi yang menjadi korban G30S PKI antara lain Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan dan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo. Di samping itu, gugur pula ajudan Menhankam/Kasab Jenderal Nasution, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean dan pengawal Wakil Perdana Menteri II Dr. J. Leimena, Brigadir Polisi Satsuit Tubun.
Salah satu Jenderal yang berhasil selamat dari serangan PKI adalah AH Nasution. Namun, putrinya yang bernama Ade Irma Suryani Nasution tidak bisa diselamatkan. Sementara itu, G30S PKI di Yogyakarta yang dipimpin oleh Mayor Mulyono menyebabkan gugurnya TNI Angkatan Darat, Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiyono.Kolonel Katamso merupakan Komandan Korem 072/Yogyakarta. Sedangkan Letnan Kolonel Sugiyono merupakan Kepala Staf Korem. Keduanya diculik dan gugur di Desa Kentungan, sebelah utara Yogyakarta. (Lihat Detik Edu)
Faktor-Faktor Terjadinya Pemberontakan G30S/PKI
Adapun 5 Faktor penyebab terjadinya peristiwa G30S/PKI pada 30 September - 1 Oktober 1965 di Indonesia yaitu:
- Dominasi Ideologi NASAKOM. Ideologi NASAKOM (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme) pada masa presiden Soekarno diberlakukan dengan seimbang sejak masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965). Pemberlakuan ideologi NASAKOM justru menjadi jalan bagi PKI dalam upayanya mengganti ideologi Pancasila menjadi Komunis di Indonesia.
- Pertentangan antara PKI dan TNI. Hubungan kurang baik antara PKI dan TNI diawali oleh pembentukan angkatan kelima yang diinisiasi PKI. Hal tersebut ditentang oleh TNI angkatan darat sehingga membuat hubungan keduanya semakin tidak harmonis. Hubungan PKI dengan pihak TNI semakin memanas setelah muncul banyak hasutan dan konfrontasi antara rakyat dengan TNI. Hal tersebut menjadi salah satu faktor penyebab munculnya rencana G30S/PKI yang berujung pada terjadinya peristiwa G30S/PKI.
- Kesehatan Presiden Soekarno. Pada 1964, beredar kabar bahwa presiden Soekarno sedang sakit parah. Meskipun demikian, D.N. Aidit sebenarnya mengetahui bahwa presiden Soekarno tidak sakit parah. Beredarnya kabar tersebut menimbulkan kecemasan dari berbagai pihak terkait upaya perebutan kekuasaan yang akan ditinggalkan oleh Soekarno. Kecemasan akibat kabar sakitnya presiden Soekarno tersebut menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya G30S/PKI.
- Kondisi Eonomi Indonesia. Pada 1965, keadaan ekonomi Indonesia tengah terpuruk. Kenaikan inflasi sebesar 650% membuat rakyat meragukan kepemimpinan presiden Soekarno. Lemahnya kondisi ekonomi Indonesia saat itu sebenarnya juga terjadi karena keputusan yang diambil oleh Jenderal Soeharto dan Jenderal Nasution, yaitu pembantaian terhadap pedagang yang berasal dari RRC. Hal tersebut mengakibatkan kondisi ekonomi Indonesia semakin melemah. Akibatnya, banyak rakyat hidup dalam kelaparan dan kemiskinan hingga menyalahkan kepemimpinan presiden Soekarno.
- Keterlibatan Amerika Serikat. Meskipun Amerika Serikat merupakan negara yang anti komunisme, nyatanya ditemukan banyak dokumen dari FBI CIA yang mengungkapkan keterlibatan Amerika Serikat dalam peristiwa G30S/PKI. Melalui beberapa dokumen tersebut, Amerika Serikat memberikan list anggota PKI kepada pemerintah Soeharto. Melalui CIA, Amerika Serikat berusaha agar Indonesia tidak jatuh ke dalam kekuasaan Komunisme. Jadi, patut dicurigai keterlibatan Amerika Serikat dalam peristiwa G30S/PKI sehingga berpeluang menjadikan Soeharto sebagai presiden Indonesia saat itu.
Dampak Terjadinya Pemberontakan G30S/PKI
Berdasarkan penyebab-penyebab diatas secara otomatis berdampak pada beberapa hal yang juga berpengaruh terhadap perjalanan bangsa ini. Adapun dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut:
- Kekuatan politik di Indonesia hancur setelah kegagalan kudeta tersebut.
- Wibawa Presiden Soekarno menjadi berkurang.
- Bersatunya TNI dan kaum agama untuk membalas PKI.
- Pembantaian orang-orang yang berhubungan dengan PKI atau dianggap pendukung PKI secara besar-besaran. Bahkan pembantaian ini dikenal di dunia sebagai anti-communist purge.
- Pasca pembantaian orang PKI atau yang dianggap PKI, TNI menjadi kekuatan baru.
- Kondisi politik bangsa menjadi tidak stabil karena adanya pertentangan di para penyelenggara dan lembaga negara.
- Timbulnya demonstrasi besar yang dilakukan oleh rakyat, mahasiswa, KAMI dan KAPPI. Dimana demonstrasi ini mencetuskan Tri Tuntutan Rakyat atau Tritura. Tritura berisi tiga hal. Pertama permintaan agar PKI dibubarkan, kedua pembersihan kabinet Dwikora dan unsur-unsur PKI dan ketiga adalah turunkan harga.
- Reshuffle kabinet untuk memenuhi Tritura. Kabinet Dwikora perlu diperbaharui karena perlu dibersihkan dari para menteri atau pejabat yang memberikan dukungan pada PKI.
- Gugurnya mahasiswa bernama Arif Rahman Hakim karena tertembak pada tanggal 24 Februari 1966pada saat melakukan demonstrasi.
- Presiden Soekarno membubarkan KAMI karena dianggap sebagai provokator timbulnya demonstrasi. Dengan kata lain, KAMI yang menyebabkan mahasiswa turun ke jalan.
- Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret atau yang sering disebut Supersemar. Supersemar ini memberikan kewenangan pada Soeharto untuk menertibkan keamanan dan kelancaran pemerintahan.
- Pelarangan organisasi dan partai berhaluan marxisme, leninisme dan komunisme hingga saat ini.
Simpulan
Mengenang sejarah kelam tersebut tentunya merupakan suatu catatan hitam yang menyedihkan bagi sejarah bangsa Indonesia. Para jendral dan perwira gugur secara mengenaskan di tangan para penghianat bangsa yang ingin menduduki tahta pemerintahan negara Indonesia. Tentunya peristiwa ini cukuplah menjadi pelajaran bersejarah bangsa kita agar tetap dan terus menjaga persatuan, keharmonisan, dan kerukunan dalam hidup bernegara. Terlebih melihat kondisi pemerintah kita saat ini yang terus menerus diterpa berbagai gejolak dan dinamika. Harapannya kita sebagai masyarakat dan mahasiswa juga turut berpartisipasi dan peduli terhadap kondisi bangsa ini guna meminimalisir terjadinya suatu usaha bagi oknum-oknum tertentu yang ingin memecah belah bangsa.
Posting Komentar untuk "Menolak Lupa Tragedi Gerakan PKI 30 September 1965 (G30S/PKI)"
Posting Komentar