Mengasah Kreativitas Menuju Entrepreneur Sejati
www.ismuba-smam9sby.sch.id - "Menjadikan SMA Muhammadiyah 9 Surabaya sebagai lembaga pendidikan islam yang berbasis Entrepreneur, dengan aplikasi Multimedia, Bilingual, dan Character Building", adalah Visi SMA Muhammadiyah 9 (MUSE).
Mempersiapkan Entrepreneur yang menjadi basis MUSE, sekolah ini melakukan banyak kegiatan yang berkaitan dengan dunia Kewiruasahaan, salah satunya adalah mengasah skill siswa dalam menciptakan sebuah produk yang layak, dan mampu bersaing dengan produk lain di dunia pasar. Latihan Skill siswa MUSE difokuskan pada ekstrakurikuler Entrepreneur Club yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi tiga kelas yakni kelas kuliner, garment, dan handycraft.
Pada kelas kuliner, siswa dibekali dengan berbagai macam resep masakan dan jajanan yang mudah diproduksi serta laris dipasaran. Banyak kegiatan dalam kelas ini seperti menerima pesanan masakan dari lembaga lain, membuat jajanan tradisional yang dijual di sekolah dan sekitarnya, hingga melakukan program berjualan dalam acara "car free day" yang biasanya dilakukan di Masjid Agung dan Taman Bungkul Surabaya. "Siswa diwajibkan berjualan di tempat umum untuk mengasah mental dan kemampuan menarik konsumen dengan produk hasil kreativitasnya sendiri", kata Shohifah pembina ekskul Entrepreneur Club.
Selain kelas kuliner, sebagian siswa MUSE mengasah kemampuannya dalam dunia garment yakni fokus pada pakaian atau busana yang siap dipasarkan, di sekolah ini para siswanya dibekali dengan teknik-teknik menjahit agar bisa memproduksi pakaian sesuai dengan keinginan dan krestivitas siswa, adapun busana yang telah diproduksi berupa kerudung instan siap pakai. "Bahannya mudah didapat dan tekniknya mudah untuk dipelajari, pertimbangan lainnya mempermudah konsumen yang kesulitan dalam mengatur hijabnya", kata Wahidatul Husna pembina kelas garment.
Sedangkan pada kelas "Handycraft" fokus pada mengasah kemampuan siswa dalam membuat sebuah karya seni yang biasa dikenal dengan kerajinan tangan. Berbagai teknik dan bahan telah diajarkan seperti contoh kerajinan berbahan kayu bekas yang dilukis dengan logo dan kata bijak, membuat gantungan kunci dan bando karakter dengan bahan kain flanel, cutting paper berbahan kertas buffalo dan kertas kokoru. Adapun proses pemasarannya setiap siswa diwajibkan untuk membuat akun sosial media dan harus upload foto produk yang bisa dijual dan dipromosikan. "Jadi internet yang kalian gunakan selama satu bulan paling tidak menghasilkan sesuatu yang bermanfaat berupa pendapatan, minimal untuk pengganti beli paket internet syukur-syukur bisa untuk tambahan uang saku", Kata Ahmad Erwin Siswanto pembina kelas Handycraft. (win)